Judul: Teladan Keseharian dari Kisah Para Nabi - Nabi Yusuf
Ustadz: Ustadz Dr. Hidayatullah Ismail, Lc., M.A.
Tanggal Kajian: Sabtu, 29 November 2025
Kajian "Teladan Keseharian dari Kisah Para Nabi" menyoroti berbagai pelajaran dari kisah Nabi Yusuf dan ayahnya, Nabi Ya’qub. Pembahasan menyoroti hikmah dari kisah mengenai keinginan seorang ayah. Seorang ayah selalu mengharapkan keturunan menjadi lebih baik daripadanya, baik dari sisi agama, ilmu, maupun kehidupan. Namun, hal menjadi pelajaran bahwa perasaan serupa belum tentu dimiliki saudara terhadap saudara. Orang tua perlu menyadari adanya perbedaan potensi dan kemampuan pada setiap anak (alfuruq fardiyah). Membandingkan atau memberikan pujian berlebihan kepada satu anak dapat menumbuhkan kecemburuan, kedengkian, dan sikap tidak baik antar saudara.
Penekanan utama adalah perlunya berlaku adil terhadap semua keturunan, terutama dalam hal pemberian (al-'athiyah) dan penghargaan. Keadilan dalam pemberian, tempat tinggal, dan sikap adalah tuntutan syariat. Kecenderungan hati dan rasa cinta kepada salah satu anak (seperti cinta Nabi Ya’qub kepada Yusuf karena kesalehan karakternya) merupakan urusan fitrah yang tidak menjadi tuntutan hukum. Walaupun demikian, keadilan harus ditunjukkan melalui interaksi, ucapan, dan pemberian hadiah. Ketidakadilan dalam perlakuan dapat melukai perasaan anak, menimbulkan perasaan terabaikan, dan menciptakan permusuhan dalam keluarga.
Bagian akhir kajian membahas ujian dan tempaan yang dialami Nabi Yusuf, mulai dari dibuang saudara, dijual, hingga dipenjara. Perjalanan berat dialami membentuk pribadi yang tangguh, kuat, dan hebat. Pengalaman sulit sering melahirkan orang-orang yang teguh pendirian, sebagaimana dialami oleh ulama-ulama besar. Nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepada Nabi Yusuf adalah diangkat sebagai seorang nabi (nubuwah), dan bukan kemampuan menafsirkan mimpi. Anugerah didapat merupakan penyempurnaan nikmat bagi keluarga Ya’qub, mengikuti garis keturunan Ibrahim dan Ishak.
Sumber: Gemini